Sunday, July 26, 2009


Langgam Pak Dogo

Rindu menikam dek cinta Sita
Hilang bekas hilang sisa amarah
Bongkar akar bongkar mimpi Suralaya
Datang bingung berpaulan diambang yuda
Ajak menung bawah panji wilmana

Apa hikmah tersemat di balik perintah!
Temu hulu hilir menyusur
Adat hidup temukan mati
Jangan tuan terus masygul (duk nengu sugul )
Adat wira harus tahan uji

Ya kalau begitu aku berjanji
Hadapan teman ku yang berperkerti tinggi
Titian takdir seruncing manapun ku seberangi
Di mulut naga gemala sakti terkunci
Kan ku sambar ku rampas jadikan bukti

Langgam Dogol langgam keramat
Bisik-bisik dalam kelambu
Lagak bodoh tapi tapi bersengat
Sambil elak (bila ngelik ) dia main siku

Riwayat bermula dari dahulu
Pandang belakang tersangatlah jauh
Perlu menyilang irama dengan lagu
Kapal belayar usah dilabuhkan sauh !

Asal debu pasti pulang ke debu
Dari tegap bertimbuh baik rebah merempuh
Bersambunglah petir (litar) berdentum dentam
Hujan tak turun laut berlimpahan

Asyik (ghalik) merancang dendam seribu malam
Siang menerang semakin berganda rawan
(koho sie koho bergande rawe)
Keronsang terlekat kerana peniti
Hujan pelangi pula sebabkan igauan

Tidak terlintas nyawa dipertaruhkan
Dikandung badan !
Sesaat berangan terlepaslah habuan
Ikan tak dapat umpan pula hilang
















Hati Emas

Berjalan di tanah gersang
Mentari mencekam dada
Debu-debu di jalanan
Menjadi teman setia

Tiada lain tujuanku
Hati emas yang ku cari
Kisahnya di hujung dunia
Mengapa tak ku temui

Oh! terdengar suara halus
Bagai dengar dan menghilang
Katanya pulanglah oh! anakku
Ia tiada di sini

Kembara
Puas sudah ku mengembara
Ke mana perginya oh! cahaya
Mencari hati emas bukannya mudah
Di masa kini adakah kau peduli

Mungkinkah dikau miliki
Hati emas murni suci
Inginku menjadi sahabatmu
Hingga akhir hayat nanti

Kembara
Puas sudah ku mengembara
Ke mana perginya oh! cahaya
Mencari hati emas bukannya mudah
Mungkin selamanya takkan aku temui















Joget Hilang Berganti


Daun selasih harum baunya
Diracik halus dibuat ulam
Ditinggal kasih pedih rasanya
Bagaikan luka dicurah asam

Patah tumbuh hilang berganti
Kata pepatah lama
Saya rela jadi pengganti
Kalau puan terima

Budi bahasa tinggi nilainya
Warisan kita zaman berzaman
Kalaulah sungguh bagai dikata
Bolehkah tuan tolong buktikan

Zaman ini zaman komputer
Salah cakap didakwa
Kalau puan tidak percaya
Boleh X-raylah dada

Hey marilah kita
Nyanyi bersama pantun seloka
Hidup mestilah ada
Suka dan duka baru sempurna
Di pada maya

Hujanlah panas negeri orang
Hujan batu di negeri sendiri
Kalau kekasih diambil orang
Bagaimna hendak cari ganti

Hujan batu negeri sendiri
Tetap sayang di hati
Jangan tuan membawa diri
Saya ada menanti...















Friday, July 10, 2009


Berita Kepada Kawan


Perjalanan ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan

Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan

Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari

Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit

Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
















Bernafas Dalam Lumpur


Lama mana lagi
Hendak ku turutkan
Kata telunjuk yang menuding kepalaku
Sabar apa lagi
Hendak ku turutkan
Hingga aku bernafas bagai dalam lumpur
Kasihan...

Wajah kita sama
Beza pada gaya
Itu pilihan masing-masing yang empunya
Mungkin pada usia
Rasa yang berbeza
Yang penting kita saling hormat menghormati
Panduan...

Kita tak dapat bersama
Namun kita juga manusia
Kita punya rasa cinta
Masing-masing punya harga...oh..oh...

Mahu apa lagi
Akan aku korbankan
Selagi ada hayatku di kandung badan
Oh terima kasih
Kerana balasan
Semoga sejahteralah hidup semua
Oh kawan















Thursday, July 9, 2009


Perhentian


Cari perhentian di mana nak berhenti
Camar kesucian satu cinta abadi
Di mana dia
Sedang aku terlena

Aku yang terjatuh
Tercicir entah dimana
Hilang dalam jasad sendiri Oh.. Oh..
Aku yang mencuba
Cari dan kutip kembali
Ku basuh dengan pegaganku

Hari berganti masihkah aku di situ
Memerhatikan segala dalam pandangan
Kekaburan
Melihat diri sendiri
















Gemuruh

Di dalam gerimis
Penuh rahmat, dia tersentuh
Cendawan alpa,
Sesegar pagi, yg permai damaikan
Tunggul di pinggir rimba
Lantas mendambarkan
Kisah sempurna Dari jiwa Bakal Surinya

Di dalam kelambu
Menunggumu, dia kesali
Hilang bayangan
Pedoman, ikhtiar dan arah
Persis si buta mendambakan
Hidup sedehana,
Menjamahi Hari hari Mimpi Mimpinya..

Oh sendiri meratapi
Sekalungan sengsara
Dan meratap siksa
Pahit maung madah punjangga

Terbukti kasih
Yg hanya serampang berbisa
Mengukir Gerigis besi kaca
Dan pawaka

Tak tersedar meratapi kepusar keinsanan
Membibitkan titis-titis sepekat warna darah dan dosa